Infeksi saluran kemih
(ISK) adalah infeksi yang terjadi pada ginjal dan saluran kemih, salah satu
penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak selain infeksi saluran napas
atas dan diare. ISK perlu mendapat perhatian para tenaga kesehatan dan orangtua
karena ISK merupakan penyakit yang sering menyebabkan gagal ginjal pada anak
yang mengakibatkan anak memerlukan tindakan cuci darah (dialisis) dan cangkok
ginjal (transplantasi ginjal).
Selain itu, ISK dapat
menyebabkan berbagai gejala yang tidak menyenangkan dan komplikasi, seperti
demam, nyeri pinggang, nyeri ketika berkemih, hipertensi (tekanan darah
tinggi), dan infeksi di seluruh tubuh (sepsis) yang menyebabkan kematian. ISK
yang terjadi pada perempuan ketika masih anak-anak dapat menimbulkan komplikasi
kelak pada saat mereka menjadi ibu hamil. Oleh karena itu, ISK pada anak
memerlukan tata laksana yang optimal. ISK paling sering disebabkan kuman Escherichia
coli (E. coli) yaitu sekitar 60-80 persen. Kuman ini berasal dari saluran
cerna. Selain kuman E. coli, ISK dapat disebabkan kuman lain, seperti
Klebsiela, Proteus, Enterokokus, Enterobakter, dan berbagai kuman lainnya.
Cara mengetahui
ISK ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan laboratorium yang dipastikan dengan biakan air kemih. Gejala
klinis ISK pada anak sangat bervariasi, bergantung pada usia, tempat infeksi,
dan beratnya reaksi peradangan. Perlu diketahui bahwa pada sebagian anak, ISK
tidak menunjukkan gejala klinis dan disebut dengan ISK asimtomatik. Pada bayi
baru lahir (neonatus), gejala klinis tidak spesifik sehingga sering tidak
terdeteksi, dapat berupa apatis, kesulitan minum, tampak kuning, gagal tumbuh,
muntah, diare, suhu tubuh turun atau meningkat.
Pada bayi usia satu bulan sampai satu tahun, gejala klinis dapat
berupa demam, penurunan berat badan, gagal tumbuh, nafsu makan berkurang,
cengeng, tampak kuning, kolik, muntah, dan diare. Pada anak lebih besar, gejala
penyakit biasanya lebih khas, berupa gejala lokalsaluran kemih, seperti nyeri
ketika berkemih, anyang-anyangan, ngompol, air kemih keruh, dan nyeri
pinggang. Selain itu, dapat dijumpai mual, muntah, diare, demam tinggi disertai
menggigil, yang kadang-kadang sampai kejang.
Untuk menentukan adanya ISK, diperlukan pemeriksaan laboratorium
yang meliputi pemeriksaan air kemih (urinalisis), biakan air kemih, dan
pemeriksaan darah. Urinalisis dilakukan untuk melihat tanda infeksi seperti
adanya leukosit( sel darah putih), reaksi nitrit, leukosit esterase. Untuk
biakan air kemih, diperlukan pengambilan sampel urine yang sesuai.
Membedakan ISK atas dengan ISK bawah atau antara ISK simpleks dan
kompleks sangat penting, mengingat risiko terjadinya parut ginjal dan tata
laksananya berbeda. Membedakan ISK atas dan bawah dilakukan berdasarkan gejala
klinis, pemeriksaan fisik, laboratorium, dan pemeriksaan radiologik.
Perlu dilakukan
pemeriksaan untuk mencari kelainan pada ginjal dan saluran kemih yang
mempermudah terjadinya ISK, yaitu dengan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
pencitraan (radiologi). Beberapa kelainan yang mempermudah terjadinya ISK,
antara lain fimosis (kulup menyempit), kelainan muara saluran kemih, batu
saluran kemih, hidronefrosis, pelebaran saluran kemih. Berbagai pemeriksaan pencitraan
dapat dilakukan sesuai dengan keperluannya antara lain ultrasonografi (USG).
Jika ditemukan kelainan, dilakukan penanggulangan sesuai dengan jenis kelaiana,
dapat berupa tindakan bedah atau nonbedah.
Penulis: Sudung O.
Pardede (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Catatan: Artikel ini
dimuat di Kompas Klasika tanggal 27 Mei 2012, kolom "Apa Kata Dokter"