Gema Jakarta, Surabaya - Pangeran Perbawa Budaya Kerajaan Mempawah yang juga
Pangeran Kapita terutama Kepangeranan Chandrarupanto Patani Shri Tiworo, HRH, Tengku
Pangeran Abdullah Ali Chandrarupa Wibowo menyatakan dirinya siap maju ke
Pilpres 2019 untuk “turut membangun” Negara dan Bangsa Indonesia.
Sebagaimana Reles yang diterima Redaksi melalui chat WAG, Pangeran
Abdullah Ali menjelaskan bahwa sejak tahun 2014 dirinya sudah diminta oleh
“berbagai elemen masyarakat di Nusantara” untuk maju mencalonkan diri sebagi
Presiden atau Wakil Presiden, namun pada saat itu ia belum ada niat.
“Kala itu saya tolak karena belum melihat urgensi saya untuk maju ke
arah tujuan tersebut. Bahkan pernah beberapa pembesar partai mengajak saya
berjumpa untuk membicarakan itu tapi kala itu saya belum siap, sebab jabatan
Presiden dan Wakil Presiden bagi saya jabatan besar yang berat tanggung
jawabnya,” ujarnya. Saat berwawancara, Senin (25/9/2017)
Pangeran mengaku kali ini memang dirinya sudah mantap dan siap untuk
maju mencalonkan diri di bursa Pilpres, sebab ia didorong oleh berbagai elemen
masyarakat yang menilainya sebagai sosok “pemersatu bangsa” yang tidak terlibat
di stuktural golongan apapun, untuk maju melanjutkan perjuangan dari kakeknya,
Tengku Pangeran Jalaluddin Amir Bin Raja Muda Patani yang merupakan Pangeran
Mempawah yang turut mendukung lahirnya Republik Indonesia.
Dia mengatakan bahwa dirinya merasa “terketuk hatinya” untuk membangun
bangsa. Menurutnya, hal yang pertama yang akan dilakukan seandainya terpilih
sebagai Presiden, ia akan menguatkan moral bangsa dan mencerdaskan bangsa
terlebih dulu, baru membangun hal-hal yang lain.
“Bagaimana kita bisa dikatanya bangsa besar jika kita tidak bermoral
dan cerdas? Bagaimana mungkin bangsa yang merupakan himpunan manusia dapat
bermoral dan cerdas jika pribadi-pribadinya tidak bermoral dan cerdas?
Bagaimana pribadi bisa bermoral dan cerdas jika moralitas dan
kecerdasan hanya diimplemetasikan untuk memenuhi kebutuhan yang didasari
konflik kepentingan pribadi atau golongan,” tegasnya.
“Segala persoalan bangsa ini terjadi disebabkan pribadi yang tidak
bermoral dan tidak cerdas yang menularkan sifat itu menjadi kebiasaan di
masyarakat dan kebiasaan seperti itu menular kepada para pejabat yang menjadi
bagian pemerintahan. Ini akan berefek rusaknya suatu sistem yang baik di suatu
institusi,” ujarnya.
“Indonesia ini sekarang sudah bermoral dan cerdas tapi perlu penguatan
esensi moral dan kecerdasan hingga ke akar rumput,” ujarnya lagi.
“Kalau dulu kerajaan bisa menahan egonya untuk kekuasaan berdiri
sendiri sebagai pemerintahan, demi persatuan bangsa Indonesia hingga memilih
berdiri di belakang Republik Indonesia, sekarang saya berupaya mengajarkan
menahan ego kepetingan pribadi demi kesejahteraan rakyat Indonesia,” ungkap
pria yang akrab disapa Pangeran Chandrarupa ini.
Pangeran Chandrarupa mengaku dirinya kerap kali berkeliling Nusantara
untuk memberikan ceramah budaya dalam kapasitasnya sebagai Pangeran Perbawa
Budaya di Kerajaan Mempawah serta juga dalam kapasitasnya sebagai Pangeran
Kapita yang Terutama atau Pangeran Otonom dari Kepangeranan Chandrarupanto
Patani Shri Tiworo.
Ketika ditanya apa modalnya untuk memimpin Negara Indonesia, ia
mengatakan selama ini ia sudah memiliki pengalaman memimpin bangsa di
jalur infomal sebagai Ketua “Gerakan Nusantara Cerdas dan Bijak”, bahkan ia
mengklaim mempelopori pengentasan pengangguran dengan menciptaan lapangan
pekerjaan dengan dananya pribadi.
“Saya memberikan modal kecil kepada para pengganguran untuk mereka
membuat warung, kafe dan banyak lagi jenis lainnya. Saya memang belum bisa
memberikan modal ratusan juta, sebab itu semua murni dari dana pribadi keluarga
kami, apalagi saya bukan orang kaya, sebab Pangeran di Alam Republik ini tidak
lagi menerima pajak dari rakyat, tapi bukan berarti saya harus tidak peduli
dengan masyarakat,” katanya.
“Yang penting dengan saya melakukan itu bermanfaat dan bisa menyadarkan
para pengaku Raja di dearah lain, agar peduli sosial kemasyarakatan, jangan
cuma mengeluh minta diperhatikan seperti itu,” lanjutnya.
“Sekarang ini banyak orang ngaku raja walapun gak punya silsilah,
tujuannya mau memanfaatkan anggaran budaya dari pemerintah dan jual beli gelar
juga,” jelas pria yang juga sekretaris jendral Asosiasi Keluarga Kerajaan dan
Bangsawan Internasional ini.
Menurutnya, itu semua ia lakukan dalam rangka mengaktualisasikan fungsi
kerajaan atau keraton, yang berasal dari kata Raj atau Rat yang artinya
semesta, yang maknanya “Memesrai Semesta”.
Ia tetap konsisten untuk mengaktualisasikan spirit itu walaupun
kapasitasnya kini hanya sebagai pemimpin informal sejak menyatakan diri
mendukung Republik sebagai Pemerintahan Resmi.
Dengan optimis, Pangeran Bergelar doktor HC ini mengatakan bahwa
dirinya kini sedang dalam tahap diskusi dengan beberapa tokoh partai untuk mendapatkan
partai yang Visi dan Misinya sependapat dengannya, sebagai kendaraan politiknya
untuk menjadi capres. (Her/Ian/HJA/KM/Rls)