NEWSGEMAJAKARTA.COM, Jakarta - Pengelolaan kawasan kota tua harus
di lakukan oleh pemerintah dan masyarakat lokal, dengan lebih mengutamakan
kepentingan pariwisata dan kebudayan di banding kepentingan bisnis semata.
Hal itu diungkap oleh
Eky Pitung, saat menghadiri diskusi yang diselenggarakan oleh Pokja Wartawan
Kota Tua Jakarta, bertempat di kawasan Kota Tua, Pusat UMKM Cengkeh, Jakarta,
Senin (4/12/2017) Sore.
Dikatakan Eky, bahwa
peran serta aktif Bamus Betawi serta para jawara dan pendekar Betawi sangat
dibutuhkan, terlebih dalam mendukung pembentukan badan pengelolaan kawasan Kota
Tua.
Lanjut Eki, namun yang
lebih utama dan paling penting juga adalah bagaimana komunitas seni budaya dan
pariwisata juga lebih memiliki peran dalam mengembangkan industry kreatif di
kawasan Kota tua.
Lebih jauh, Eki Pitung
yang juga sebagai Ketua Umum Brigade Anak Jakarta mengatakan, bahwa Kota Tua
dengan memiliki luas 846 Hektar dari 5 Zona ini mempunyai potensi yang sangat
luar biasa jika dikembangkan, baik dari sisi sejarah, budaya, maupun dari sisi
ekonomi.
“Jangan hanya bangunan
saja yang di lestarikan dan di revitalisasi, tapi masyarakatnya pun harus di
jaga keberadaannya dan terutama dikembangkan potensinya,” Pungkas Eky Pitung,
yang juga selaku Ketua Antar Lembaga Bamus Betawi.
Hal
senada diungkap Tokoh Masyarakat Lokal Kota Tua Jakarta, H.M. Arif Haryono,
dirinya sangat mengapresiasi dengan keberadaan Pokja Wartawan Kota Tua Jakarta,
terlebih jika Pokja Wartawan Kota Tua Jakarta dapat menjembatani masyarakat dan
stakeholder dalam memberdayakan potensi wilayah Koa Tua.
“Apabila
pokja Wartawan Kota Tua yang mempunyai fungsi kontrol sosial ini dapat
menjembatani masyarakat dan stakholder dalam memberdayakan potensi wilayah kota
tua terutamanya masyarakat lokal di Kota tua ini dapat berperan aktif dalam
setiap aktifitas dan kegiatan di kawasan kota tua,” Ungkapnya.
Adapun harapan
dari masyarakat maupun stakholder adalah agar segera dibentuk badan pengelola
kawasan kota tua, yang mana keberadaan badan pengelola tersebut benar-benar dapat
menjadi jembatan bagi masyarakat lokal dan stakeholder. “Terlebih dalam
mengembangkan potensi wilayah nya masing-masing tanpa adanya ikut campur dari
pihak luar yang bukan lahir dan besar di kawasan kota tua.
"Kota
Tua kalo bukan kita yang rawat dan jaga, siapa lagi yang mau... dan klo yang di
kelola bukan masyarakat lokal kota tua. Yang ada malah lebih mementingkan
bisnisnya, ketimbang sejarah dan budaya kotatua serta asal usul betawi berada,”
Kata H.Arif
Lebih
lanjut, H.Arif menjelaskan mengenai sejarah Kota Tua, tidak hanya bangunan
gedung saja yang harus di perhatikan, namun keberadaan tempat peribadatan dan
maqom-maqom para ulama dan habib yang ada di kawasan kota tua ini pun harus
benar-benar diperhatikan, di jaga dan dilindungi. “hal ini dikarenakan kota tua
tidak lepas dari perjuangan mereka.” Pungkasnya.