NEWSGEMAJAKARTA.COM, Jakarta - Salah satu indikator gizi buruk masyarakat indonesia dapat dilihat dari tingginya angka kekurangan gizi anak-anak indonesia berdasarkan ambang batas yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia (WHO), terdapat tiga kategori indeks gizi dengan angka masih dibawah ambang batas.
Hal itu dikemukan oleh DR.Atmarita MPH, Ketua Bidang Ilmiah DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) pada acara FGD Jurnalis Tentang Hari Gizi Nasional di Menteng Jakarta Pusat, Selasa (23/1/2018).
DR Atmarita MPH, memaparkan, Balita Kerdil atau Sunting tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, akan tetapi disebabkan oleh multi dimensi. Secara umum beberapa penyebab stunting ialah Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan.
“Anak yang mengalami gagal tumbuh sejak dalam kandungan akan cenderung tumbuh pendek ketika mencapai usia 18 tahun. Empat dari sepuluh balita di Indonesia adalah stunting. Penyebab langsung adalah karena kurang asupan gizi dalam waktu lama disertai infeksi penyakit. Sedangkan penyebab tidak langsung adalah ketahanan pangan keluarga, pola asuh, kesehatan lingkungan, serta pelayanan kesehatan,” Kata DR.Atmarita
Lanjut, Dr.Atmarita, bahwa kondisi anak Indonesia pada umumnya baik pada saat lahir, akan tetapi terjadi gagal tumbuh setelah memasuki usia 3 bulan. Anak yang mengalami gagal tumbuh sejak dalam kandungan akan cenderung tumbuh pendek ketika mencapai usia 18 tahun.
"Membangun kemandirian keluarga merupakan langkah efektif sebagai cara mencegah stunting pada anak dan masalah kesehatan lainnya termasuk gizi buruk," pungkasnya (Nur )