"Dengan mengucapkan bismillahirohmannirrohim, festival ini secara
resmi saya buka," ujar Camat, disambut tepukan tangan para hadirin, di
antaranya Lurah Jembatan Lima, Kesbang Walikota Jakarta Barat, Perwakilan dari Unit Pengelolaan Kota Tua, RW
setempat, H. Sudarto, Calon Senator DKI Jakarta dan tokoh masyarakat.
Camat dalam sambutannya memberikan apresiasi Festival Kampoeng Laksa,
meski berjalan dengan sederhana. "Saya
kagum kepada panitia dapat melaksanakan festival ini dengan segala keterbatasannya,"
jelas Camat, menyebut Karang Taruna yang
bekerja all out hingga festival dapat berjalan.
Bahkan ke depan, Camat berjanji festival ini akan dilaksanakan secara
rutin, lebih meriah dan menarik. "Apalagi kampung ini, asal muasal Laksa
yang sangat terkenal sebagai makanan khas budaya Betawi," tuturnya.
Apalagi, kawasan Jembatan Lima menjadi sub bagian dari destinasi wisata
Kota Tua, sehingga keberadaan festival ini sangat menarik. "Lewat kuliner
budaya Betawi maupun heritage yang ada di sini, dapat meningkatkan potensi
wisata Kota Tua," tambah Camat.
Di festival ini, dijajakan makanan khas laksa seperti laksa betawi,
soto betawi, dadar gule dan juga ada kue dongkal, ongol-ongol dan kuliner
lainnya. Lalu cindera mata berupa miniatur ondel-ondel, minuman segar dan
busana-busana khas Betawi.
Selain itu ditampilkan beberapa pentas seni, seperti pencak silat baik palang pintu saat menyambut undangan,
jurus-jurus tertentu yang menjadi khas silat betawi, shalawatan dan lenong
Fatimeh yang ditampilkan Karang Taruna Kampung Krendang, Jakarta Barat.
"Ada tiga S ciri orang Betawi, yaitu sholat, shalawatan dan silat.
Kalau tidak 3 S, bukan orang Betawi," ungkap H. Arief, ustad yang juga
salah satu tokoh masyarakat kawasan Kota Tua. (rls/rofiq)