GEMAJAKARTA - JAKARTA -Dukungan untuk Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie maju menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI terus mengalir. Kali ini datang dari salah seorang tokoh dan juga pimpinan Organisasi di Jakarta Barat.
Adapun ketiga Tokoh yang menyatakan diri siap mendukung Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie maju menjadi anggota DPD RI, yakni dari Ketua Umum Bintang Timur Daenk Jamal, Sekjen Format Bersatu Bonoes, juga Ketua DPC BPPKB Banten Jakarta Barat, H.Haerul Anwar Alias Kansreng.
Dalam pertemuannya di Posko Pemenangan Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqe, pada Rabu (3/10/2018)
ketiga tokoh tersebut terlihat penuh dengan kearaban, sesekali mereka asyik berbincang perkembangan politik di tahun ini.
Menurut Daenk Jamal, Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie, S.H (JA) dengan nomor urut 32 adalah sosok yang tepat untuk warga Jakarta, selain peduli terhadap keadilan, ia pun dinilai pantas menjadi senator DKI Jakarta.
“Selain karena beliau adalah tokoh kami di tingkat provinsi, beliau juga selalu perhatian dengan warga Jakarta kita tercinta ini,” ujarnya, kepada media ini, Sabtu (13/10/2018).
Ditempat sama, Sekretaris Jenderal Forum Masyarakat Tambora (FORMAT) Bersatu Syahrudin, menyampaikan, saat ini Jimly Asshiddiqie nomor urut 32 dinyatakan telah memenuhi syarat oleh KPU Provinsi DKI Jakarta, baik dalam rekap dukungan bakal calon anggota DPD RI, maupun melalui tahap verifikasi faktual.
“Semoga dalam proses pemilihan umum nanti beliau bisa lolos dan mendapatkan suara yang signifikan, dan terpilih menjadi anggota senator untuk mewakili suara warga Jakarta,” harap Syarudin Bonoes.
Hal senada juga disampaikan, Ketua DPC BPPKB Banten H.Haerul Anwar Alias Kansreng, ia menilai bahwa, Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie, S.H selain tokoh di Indonesia, juga meruapakan salah satu tokoh yang peduli dengan keadilan bagi masyarakat.
“Kiranya ini juga menjadi perhatian bagi kita semua, dengan majunya Prof. Dr. H. Jimly Asshiddiqie, S.H dengan nomor urut 32 tentunya akan membawa perubahan dalam kesejahteran dan juga keadilan,” pungkasnya mengakhiri. (ril/red)