GEMAJAKARTA, Balikpapan, Kalimantan Timur, - Dari September 2018 sampai Maret 2019, bekerjasama
dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan baik di Balikpapan dan Kutai Kartanegara
dan Universitas Mulawarman dan IAIN Samarinda, Tanoto Foundation telah melatih
hampir dua ribu pendidik di Kaltim cara mengajar dengan menggunakan skenario
MIKIR, singkatan dari Mengalami, Interaksi, Komunikasi dan Refleksi.
Banyak sekolah juga yang sudah mulai
konsisten menerapkan di sekolah, terutama sekolah-sekolah mitra. Lalu apa
keunggulan mengajar menggunakan skenario MIKIR ini dibandingkan dengan model
mengajar seperti biasanya?
Menurut Ponidi, Pengawas Sekolah
Dasar di Kutai Kartanegara, Skenario MIKIR membuat guru lebih mudah membuat
perencanaan mengajar yang kreatif. “MIKIR itu suatu pola yang memudahkan guru
menyusun skenario mengajar yang kreatif. Setiap unsur atau singkatan di MIKIR
tinggal diturunkan jadi kegiatan di kelas. Guru tinggal memutuskan apa yang
harus dilakukan agar siswa mengalami, bisa berinteraksi dengan
baik, bagaimana cara berkomunikasinya, dan juga bagaimana bentuk refleksi
atas pembelajaran hari itu,” ujarnya.
Selama ini, menurutnya, guru
kesulitan menyusun rencana mengajar. Padahal menyusun rencana pembelajaran
adalah kewajiban bagi guru. Karena kesulitan, guru kadang copy paste
saja dari internet, atau membayar orang untuk membuatkannya.
Murid Jadi Rindu Gurunya
Wiwik Kustinaningsih, guru MIN I
Balikpapan, merasakan banyak kelebihan mengajar pakai skenario MIKIR. “Tidak
seperti dulu, siswa saya sekarang sering merindukan gurunya. Kalau saya bilang
saya akan digantikan guru lain walau sebentar, mereka pasti protes,” ujarnya.
Menurutnya, dengan mengajak siswa
mengalami (M dalam MIKIR) atau to experience, siswa menjadi mudah memahami.
Saat mengajar tentang Gaya pada kelas IV, dia memfasilitasi siswa untuk
melakukan berbagai aktvitas yang mengantar siswa mengetahui sendiri apa
itu gaya.
Misalnya untuk gaya gravitasi,
kelompok siswa difasilitasi menjatuhkan benda-benda dan mengidentifikasi
apa yang terjadi. Untuk gaya magnet, siswa langsung praktik dengan
menarik benda dengan magnet dan mengidentifikasi apa yang terjadi dan
menuliskan manfaat-manfaatnya. Demikian juga untuk gaya
lainnya.
“Siswa menjadi lebih paham, mudah mengerti bahkan
bagi yang masih susah menulis atau membaca pun jadi paham apa yang diajarkan.
Mereka juga antusias dan gembira,” ujarnya
Menurut Khundori Muhammad, spesialis
Pembelajaran Sekolah Dasar program Tanoto Foundation, menggunakan skenario
MIKIR akan mempermudah guru melaksanakan K13. “Kesulitan membuat rencana
pembelajaran model K13 akan mudah diatasi kalau guru menerapkan MIKIR,”
ujarnya.
Dengan mengalami atau M dalam MIKIR,
siswa menjadi lebih paham. “Beda kalau cuma mendengar, seperti yang banyak
dilakukan selama ini, siswa akan lebih sering lupa,” ujarnya.
Selain diajak mengalami, dengan
MIKIR, lewat unsur interaksi, siswa juga difasilitasi untuk memiliki
kecakapan sosial, “Karena hidup di zaman modern makin kompleks, siswa harus
trampil mengungkapkan pendapat dan menerima pendapat orang lain. Dalam MIKIR, guru
harus menyusun skenario bagaimana siswa bisa berinteraksi dengan baik, terutama
interaksi ilmiah,” ujarnya.
Untuk memupuk rasa percaya diri dan
kemampuan komunikasi, dengan MIKIR, siswa juga diajak untuk berani tampil ke
muka di setiap pelajaran. “Lewat refleksi, mereka juga diajak untuk melakukan
evaluasi pemahaman mereka dan proses pembelajaran saat itu. MIKIR berusaha
merangkum semua kecakapan yang harus dimiliki oleh siswa untuk hidup di abad
21,” ujar Khundori menutup