Gema Jakarta - Seperti biasa Webshare Museum Mandiri yang ke-7 dilaksanakan melalui Zoom Meeting pada Rabu (11/11/2020), sedangkan tema dalam acara tersebut adalah “Romantika Sepeda Ontel dan Museum Mandiri”.
Pada kesempatan kali ini pembicara yang berbagi pengalamannya, adalah Sanen, Ketua Paguyuban Sepeda Ontel Wisata Kota Tua, Iyang H.S, penggiat sepeda ontel, dan Fahmi Saimima, IVCA Representative KOBA-KOSTI, dan acara ini dipandu oleh Marsad dari Museum Mandiri dan diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”.
Acara yang dimulai pada pukul 10.00 wib, diawali penayangan video singkat berbagai aktivitas dan profil para penggiat sepeda ontel di Kota Tua dan koleksi sepeda ontel Museum Mandiri.
Pembicara pertama, Sanen, berbagi ceritanya merintis penyewaan sepeda onthel sejak tahun 2006 sampai akhirnya terbentuk Paguyuban Sepeda Ontel Wisata Kota Tua pada tahun 2008, para anggota paguyuban sedikit demi sedikit belajar mengenai museum dan lokasi sejarah di Kawasan Kota Tua dari brosur-brosur, sampai akhirnya mereka bisa membuat beragam paket wisata bagi para pengunjung Kota Tua.
Berkat program DMO (Destination Management Organization) dari Kementerian Pariwisata ketika itu, anggota paguyuban saat ini memiliki asuransi kecelakaan bagi penyewa sepeda, pengelolaan kawasan wisata sejarah pun menjadi lebih tertata lagi, paguyuban ontel wisata memiliki tugas yang penting untuk turut mempromosikan Kota Tua Jakarta dengan paket-paket wisatanya.
Sanen mengatakan, bahwa paguyuban mereka juga mengumpulkan uang iuran anggota untuk kas, asuransi, dan dana sosial, setiap hari Jumat mereka mengadakan kerja bakti di Kota Tua, seperti membersihkan lingkungan dan perbaikan batu andesit, selain itu dana sosial yang dikumpulkan akan dibagikan setiap bulan Ramadhan kepada masyarakat di sekitar Kota Tua, seperti anak yatim piatu dan manula.
Paguyuban sepeda ontel wisata Kota Tua juga bersinergi mendirikan perpustakaan Taman Fatahillah, bersama dengan masyarakat lokal, seperti Karang Taruna dan komunitas manusia patung. Di Museum Mandiri sendiri, banyak sekali kegiatan yang dilakukan oleh paguyuban dengan memanfaatkan fasilitas ruangan di museum maupun menerima program edukasi koleksi sejarah museum.
Saat masa pandemi COVID-19 seperti sekarang, wisatawan di Kota Tua menurun drastis, sehingga berdampak besar bagi seluruh anggota Paguyuban karena kehilangan pelanggan dan mata pencahariannya.
Sedangkan pembicara kedua adalah, Iyang H.S. salah satu sesepuh dan penggiat sepeda onthel, Ia bercerita bagaimana mulai menekuni dunia sepeda onthel dari masa muda, sampai akhirnya merintis perkumpulan Sepeda Onthel Tempo Doeloe yang nongkrong setiap Minggu pagi di Silang Monas.
Menurut Iyang, beberapa anggota sejawatnya sudah meninggal dunia, kini para anggotanya banyak yang menyebar untuk berkumpul setiap Minggu pagi di Bundaran HI, Taman Senopati, dan Kawasa Kota Tua. Iyang merupakan penggiat dan kurator sepeda ontel koleksi Museum Mandiri yang berjumlah 13 sepeda ontel.
Pembicara terakhir, Fahmi Saimima, menjabarkan sejarah dan budaya sepeda ontel di berbagai belahan dunia hingga ke Indonesia sejak era kolonial, berdasarkan hasil risetnya mengenai sepeda, bagi bangsa Eropa dan Amerika, sepeda dapat menunjukkan harga diri karena membuat posisi penggunanya menjadi lebih tinggi daripada orang yang berjalan kaki.
Beliau juga menceritakan bahwa colonial trade route sangat berpengaruh terhadap perkembangan budaya sepeda di sebuah negara, dari hasil riset dan analisisnya dari surat kabar zaman dulu yang dapat menunjukkan bahwa di Indonesia sudah ada yang memakai sepeda velocipede tahun 1880.
Pada masa lampau, sepeda menjadi alat transportasi favorit sebelum digempur motor dan mobil yang lebih modern, berbagai kegiatan komunitas sepeda bersama Museum Mandiri, seperti Night Ride Journey at Museum, Ramadhan Night Ride, KOBA Berbagi, Pameran Sepeda Tua di Museum Mandiri, dan sebagainya.
Sebagai penutup, Fahmi berharap bahwa Museum Mandiri bisa kembali menjalin kerjasama dengan komunitas sepeda.
Kepala Museum Mandiri, Firman Haris, dalam sambutan penutup menceritakan, bagaimana Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) Batavia, sekarang bangunan cagar budaya Museum Mandiri, mempunyai perhatian yang begitu besar terhadap para pegawainya yang menggunakan sepeda sebagai alat transportasi, karena menyediakan ruangan khusus seluas 300 m2 untuk tempat parkir 120 Sepeda.
Sepeda onthel mewakili suatu zaman yang menunjukan perkembangan sejarah moda transportasi. Sepeda ontel sendiri menjadi salah satu icon Museum Mandiri karena dapat menjadi daya tarik pengunjung terutama saat pameran temporer di luar museum yang harus menampilkan kekhasan suatu museum.
Kedepannya Firman berharap, para pesepeda dan ontelis masih tetap menjadi bagian dari masyarakat lingkungannya. Bagi kawasan cagar budaya dan wisata sejarah Kota Tua Jakarta sendiri, sepeda merupakan moda transportasi yang ramah lingkungan dan termasuk benda cagar budaya yang harus dilestarikan keberadaannya.
Ontel dan Kota Tua, ibarat “kopi dn susu” campuran yang serasi. Kota Tua tanpa sepeda ontel, ibarat kata pepatah Belanda bagai “sop kekurangan garam.”
Webshare kali ini diikuti 52 partisipan dan saat sesi diskusi dibuka, banyak sekali pertanyaan yang diajukan, antara lain tentang bagaimana cara merawat sepeda ontel, kiat menarik minat kaum milenial agar menyukai sepeda ontel, harga pasaran ontel, dan apakah ada hari sepeda ontel.
Menurut Fahmi, Hari Sepeda Dunia diperingati setiap tanggal 12 April dan Hari Sepeda Nasional setiap tanggal 19 November.
Dalam closing statement-nya, para pembicara mengharapkan, agar ke depan, Museum Mandiri dapat terus berkolaborasi dengan beragam komunitas sepeda ontel dan mengadakan event tahunan sepeda. Webshare ke-7 pun diakhiri dengan foto bersama, tepat pada jam 12.00 WIB.